Sabtu, 12 Juli 2014

Kreasi Kain Flanel

Bros Kain Flanel






Bros kain flanel Dijual 3K saja. 


Gantungan Kunci kain Flanel









 Gantungan kunci dijual 4K saja.


Yang berminat silakan hubungi 085643855072.
Terima pesanan juga buat souvenir pernikahan dalam bentuk seperti barang diatas. 

Alamat : Kebak Lor RT 03/RW03, Kebakkramat, Karanganyar.

Thank you ! !
Read more »

Rabu, 21 Mei 2014

Sejarah dan Mitos Desa Kebak



           
                                                   SEJARAH DAN MITOS DESA KEBAK

           Pada makalah ini akan dibahas mengenai mitos dan sejarah desa Kebak.  Desa Kebak adalah tempat tinggal saya yang berlokasi di kecamatan Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah. Pada penulisan makalah ini saya berkonsultasi dengan bapak saya dan kakek saya yang saya anggap sedikit mengerti tentang desa Kebak.
           Pada awalnya desa Kebak terbagi atas tiga tempat yang bernama Jantipuro, Penewon, dan Bantaran. Kemudian dari ketiga tempat tersebut digabung jadi satu nama, yang kemudian bernama desa Kebak. Dalam bahasa jawa “kebak” berarti penuh. Kemudian nama desa itu dipakai sampai sekarang.
            Dahulu desa Kebak masih kental dengan adat-adat jawa dan percaya dengan hal-hal mistis. Di desa Kebak terdapat dua pepunden atau tempat yang dikeramatkan yaitu “Tanjung” yang berwujud dua pohon besar. Pohon tanjung berwujud seperti pohoh beringin. Konon disitu ada “danyang” yaitu sosok wanita, danyang adalah sebutan penunggu untuk masyarakat jawa. Pepunden tersebut biasanya untuk tempat melakukan ritual atau acara khusus. Setiap tahunnya diadakan acara bersih desa di Tanjung. Acara tersebut bertujuan sebagai wujud syukur masyarakat desa Kebak dan agar selalu diberikan keselamatan. Pada siang harinya semua warga desa berbondong-bondong menuju ke pepunden membawa “bancakan” yang dibungkus dengan “panjang ilang” yaitu terbuat dari janur kuning. Kemudian setelah berdoa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa, semua warga saling tukar-menukar bancakan atau makanan yang mereka bawa yang bertujuan agar semua merasakan. Agar tidak ada kesenjangan sosial, dan semua saling merasakan. 
Kemudian pada malam harinya di pepunden tersebut ada sebuah acara “cokekan”, yaitu warga desa menari bersama dengan diiringi musik gamelan dan sinden. Karena konon katanya danyang di pepunden tersebut suka dengan cokekan. Pada malam itu semua warga melakukan tirakatan atau berkumpul di pepunden.

Selain acara tahunan yang diadakan di pepunden tersebut juga ada acara-acara khusus yang dilakukan di pepunden tersebut, yaitu acara nikahan. Setiap ada warga desa yang menikah, kedua pengantin bersama sesepuh desa mengadakan ritual di pepunden, yaitu berkeliling memutari pepunden. Ritual tersebut bertujuan agar kedua pengantin selalu diberi keselamatan dan menghindari marabahaya. Kemudian setiap ada acara manten, ada adat “guak-guak” yang berarti buang-buang. Disitu dilakukan peletakan sesaji disetiap perempatan jalan agar diberikan keselamatan. Dan setiap selesai acara hajatan dibagikan jenang sumsum untuk ibu-ibu yang membantu memasak, yang bertujuan agar tidak merasakan lelah selama membantu dalam hajatan dengan makan jenang sumsum tersebut.
Kemudian masih banyak adat-adat yang lain di desa Kebak seperti acara “nylamper” yang dilakukan para petani saat padi mulai menguning. Nylamper yaitu dengan memberikan sesajen dan tukon pasar pada pojok-pojok patok sawah yang bertujuan agar hasil panen melimpah. Kemudian setiap habis tanam padi, para petani mengadakan “surakyo” yaitu bancakan setelah tanam padi atau tandur. Para petani berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai hewan pembajak seperti kerbau, sapi sebagai wujud terimakasih petani kepada hewan yang telah membantu membajak sawahnya dan wujud penyemangat agar hewan pembajaknya senang dan tidak merasa lelah. Isi makanan dalam bancakan tersebut adalah lepet, kupat, jeneng sumsum, dan pisang. Hewan pembajak tadi dikalungi kupat biar seneng.
Kemudian setiap ada kelahiran hewan pembajak yang berusia 5 hari diadakan bancakan. Apabila anak hewan tersebut laki-laki maka diberi jadah pada bancakannya apabila perempuan diberikan pondoh atau sego jagung. Pada acara tersebut dihadiri para penggembala.
Di desa Kebak ada mitos lagi yang sangat kuat. Di desa Kebak ada rumah “penewu”. Penewu adalah sebutan penguasa pada masa itu. Konon pada saat jaman belanda tempat tersebut untuk bersembunyi para tentara dan para warga. Karena konon, tidak ada pesawat belanda yang berani melintasi tempat tersebut, karena dikhawatirkan jatuh. Tempat tersebut sangat angker. Di tempat tersebut ada pohon stropel yang sangat besar, didalam pohon itu ada 9 pusaka(keris) yg sudah diambil sekarang.
Diatas tadi adalah adat-adat di desa Kebak, dimana semua sangat sakral. Penah terjadi musibah saat salah satu adat tersebut dikurangi atau dihilangkan. Yaitu pernah saat terjadi penikahan, manten tidak dikelilingan di pepunden. Setelah itu, tiba-tiba seketika kepala desa meninggal di tempat hajatan. Setelah itu, kemudian adat dijalankan kembali. Kemudian ada lagi, saat akan mengurangi sesaji dalam kampung, ada musibah yaitu, kepala dusun tiba-tiba tidak bisa bicara, dan sesepuh desa mengalami kelumpuhan. Setelah kejadian tersebut, adat-adat dilengkapi kembali.
Namun semakin berkembangnya jaman, sekarang ini adat-adat tersebut sudah banyak yang hilang. Namun ada juga yang masih, seperti acara bancakan. Sekarang ini sudah banyak pengetahuan dan sudah kenal agama. Kalau orang-orang dahulu masih percaya dengan dunia-dunia mistis, percaya dengan animisme dan dinamisme. Sekarang semakin bekembangnya ilmu dan pemahaman agama, orang-orang menjadi tahu bahwa kegiatan memuja pohon atau makhluk selain Allah itu adalah musyrik. Maka dari itu sekarang adat-adat tersebut banyak ditinggalkan meskipun ada juga yang masih memegang erat adat tersebut.
Pendapat saya mengenai sejarah dan mitos tersebut adalah tentu saya percaya sejarah terbentuknya desa Kebak, karena ceritanya memang begitu dan memang benar dahulu sebelum menjadi nama desa Kebak, awalnya adalah Jantipuro, Bantaran, dan Panewon.
Kemudian pendapat saya mengenai mitos-mitos yang ada di desa Kebak adalah mendengar cerita tentang mitos desa Kebak awalnya saya sangat takjub karena ternyata begitu beragam adat dan mitos di desa Kebak ini. Menurut saya adat-adat desa Kebak dahulu memang ada yang menyimpang, dahulu masyarakat percaya dengan animisme dan dinamisme, jelas tindakan tersebut adalah musyrik. Seperti memuja pohon, meminta keselamatan kepada roh penunggu pohon atau biasa disebut danyang. Karena dahulu masyarakat memang kurang akan pengetahuan khususnya pengetahuan agama. Banyak masyarakat takut dengan hal-hal yang akan terjadi jika adat-adat tersebut dilanggar atau dihapuskan karena dahulu memang ada hal-hal yang terjadi saat salah satu adat di desa Kebak dilanggar. Seperti meninggalnya kepala desa mendadak saat manten tidak dikelilingkan di pepunen, kepala dusun yang tiba-tiba tidak bisa bicara dan lumpuhnya sesepuh desa ketika salah satu adat dikurangi. Menurut saya, ketakutan masyarakat tersebut karena memang kurang pengetahuan masyarakat akan pengetahuan agama. Hal-hal yang terjadi tersebut, memang takdir dan kehendak Tuhan, bukan berarti karena danyang atau hal yang dikeramatkan di desa Kebak marah. Hal-hal tersebut terjadi mungkin memang pas disaat adat-adat tersebut dihilangkan, bukan berarti itu wujud marahnya danyang.
Kemudian menurut saya mengenai adat yang lain mempunyai sisi positif juga, tergantung kita yang memaknainya. Seperti acara bancakan di pepunden. Karena hal tersebut bisa membuat rukun masyarakat, dan menghilangkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Seperti itu tinggal kita yang memaknainya, karena musyrik atau tidak itu tergantung niatnya. Kalau pun bancakan niatnya sebagai wujud syukur misal karena panennya melimpah seperti itu tidak apa-apa. Karena nama bancakan itu sendiri adalah warisan leluhur meskipun maknanya sekarang beda.
Masalah percaya atau tidak dengan mitos-mitos yang ada di desa Kebak itu terserah, tergantung yang memaknainya. Yang terpenting, kita harus menghargai adat dan budaya di desa kita ini.
Read more »